Cerita Feri Anwar, Disabilitas Pemenang Jagoan Tani Banyuwangi

6 days ago 5
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Keterbatasan fisik bukan penghalang untuk terus berkarya. Feri Anwar adalah salah satu buktinya.

Di tengah segala keterbatasan yang ada, pemuda berusia 37 tahun dari Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu, Banyuwangi ini mampu membuktikan dirinya bisa menjadi pengusaha sukses.

Sempat terpuruk karena kecelakaan kerja yang membuat kaki kirinya harus diamputasi, Feri kini bangkit dengan produk makanan ringan seafood 'Pawonkoe'. Ia bahkan masuk dalam 5 besar pemenang program inkubasi wirausaha pertanian, Jagoan Tani Banyuwangi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanannya untuk bisa berhasil membangun usaha tidaklah mudah. Diketahui, Feri berasal dari keluarga kurang mampu. Ibunya telah meninggal sejak dia masih kecil. Kondisi ekonomi keluarga juga memaksa dia hanya tamatan SMP.

Sebelumnya dia bekerja sebagai sopir truk material. Pada 2010, dia harus menelan kejadian pahit tertimpa material yang membuat kaki kirinya harus diamputasi.

"Sejak saat itu saya hanya bisa di rumah. Tidak bisa bekerja lagi. Merawat kakak perempuan saya yang sakit, juga ayah," kata Feri dalam keterangan tertulis, Jumat (13/9/2024).

Sekitar 10 tahun hari-hari banyak ia habiskan di rumah, lantaran kondisi fisiknya itu. Fery juga mengaku sempat kehilangan kepercayaan diri. Kebutuhannya bergantung pada ayahnya yang bekerja serabutan, dan kakak laki-lakinya yang bekerja sebagai pekerja migran.

"Sejak pandemi COVID-19, kakak saya pulang karena tidak bisa lagi bekerja," kata Feri.

Pada 2021, dia pun mulai memberanikan diri untuk merintis usaha. Dia membuat aneka camilan dari produk perikanan bersama sang kakak.

"Capek jadi pengangguran. Saya juga malu merepotkan saudara terus. Makanya saya niat membuka usaha supaya bisa mandiri. Saya ingin membuktikan kalau saya bisa produktif," katanya.

Dia lantas memulai usaha rambak cumi buatannya yang diberi nama 'Pawonkoe'. Meski memiliki keterbatasan fisik, namun ia tak pantang menyerah. Feri berjuang memasarkan produknya secara door to door dan media sosial.

"Susah juga tapi saya tidak mau menyerah," kata Feri.

Dia terus memperbaiki kualitas produknya. Feri memilih bahan yang baik dan masih fresh. Feri memastikan bahwa semua produknya bebas pengawet sehingga aman bagi kesehatan.

Kemudian, Feri mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Ia difasilitasi untuk perizinan usaha, PIRT, dan desain packaging agar lebih menarik.

Setahun berjalan, usaha Feri membuahkan hasil. Dia memperbanyak varian produk. Ada rambak dari kulit ikan salmon (salmon fish skin), sambal cumi, keripik cumi pedas, dan rambak kulit cumi.

Bahkan, Feri mulai menambah varian produk di luar olahan perikanan. Seperti camilan keciput mini, cipiran manis, dan sale pisang. Hingga kini usaha Feri omset puluhan juta per bulan.

Memperdalam wawasan dia memutuskan untuk mengikuti Jagoan Tani Banyuwangi. Jagoan Tani adalah program inkubasi bisnis berbasis pertanian ini untuk anak-anak muda Banyuwangi dengan menyediakan hadiah modal usaha.

"Saya bersyukur ikut Jagoan Tani. Saya mendapat banyak ilmu dan teman-teman yang hebat dari sini. Alhamdulillah juga akhirnya dapat modal dari Pemkab. Semoga usaha saya semakin berkembang," tambahnya.

(ncm/ega)

Read Entire Article