Bedah Formula Pertamina Jaga Ketahanan Energi dan Tekan Emisi

1 week ago 6
ARTICLE AD BOX

Cilacap -

Kilang Cilacap merupakan salah satu unit pengolahan minyak terbesar yang dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Kilang Cilacap juga menjadi produsen avtur tertinggi di Indonesia saat ini.

Sebelum RDMP Balikpapan selesai dan Kilang Balikpapan beroperasi penuh, Kilang Cilacap menjadi kilang dengan kapasitas pengolahan terbesar di Indonesia sebesar 348 ribu barrel per hari.

Hal ini membuat kilang tersebut memiliki fungsi yang sangat strategis bagi kemandirian dan ketahanan energi di Indonesia. Namun tantangan perubahan iklim saat ini membuat operasional kilang tak cukup sekadar memproduksi BBM berbasis fosil saja. Inovasi dan adaptasi menjadi formula yang harus dijalankan demi kemandirian dan ketahanan energi yang berkelanjutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada detikcom, Direktur Operasi PT Kilang Pertamina Internasional berbagai soal inisiatif Pertamina memproduksi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Inisiatif serius tersebut ditunjukkan lewat pembangunan kilang hijau atau green refinery di Kilang Cilacap.

Berikut petikan wawancara lengkapnya.

Kilang Cilacap sebagai salah satu kilang terbesar di Indonesia, perannya apa saja?

Betul, ini merupakan salah satu kilang terbesar yang dimiliki Pertamina saat ini dengan kapasitas 348 ribu barel per hari. Fungsinya sangat strategis karena kilang ini selain memproduksi produk BBM, non BBM, juga memproduksi lube base dan aspal. Jadi sangat komplit.

Dan selain memproduksi fossil fuel, kilang ini juga memproduksi nabati fuel. Apa itu? Nabati fuel adalah yang feed stock atau umpannya itu tidak dari fosil tapi dari minyak nabati, yaitu turunan produk kelapa sawit. Ini sangat strategis.

Keuntungannya, dia ramah lingkungan.Inilah kilangnya, namanya kilang TDHT. Ini bisa memproduksi Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) dengan kualitas yang tidak kalah dengan kualitas internasional. Kilang ini juga bisa memproduksi sustainable aviation fuel (SAF) dengan komposisi nabati fuel-nya 2,4. Lebih ramah lingkungan.

Produk ini juga sudah melewati tes komersial dengan digunakan oleh pesawat Garuda Boeing 737-800 New Generation flight Jakarta-Solo-Jakarta.

Produksi yang paling diunggulkan oleh KPI dari kilang Cilacap apa?

Sebenarnya kekhasan dari kilang ini adalah memproduksi lube base oil. Kedua, kilang ini memproduksi avtur terbesar di Indonesia.

Soal green refinery yang saat ini dibangun, seperti apa korelasinya dengan misi Indonesia untuk menurunkan emisi hingga nol pada 2060 nanti?

Pertamina sangat berkomitmen mengembangkan produk-produk ramah lingkungan untuk menghilangkan fossil fuel menjadi nabati fuel. Kita juga melalui proses riset, dibantu oleh beberapa universitas di Indonesia juga, dan RTI yang dimiliki Pertamina. Kita juga melakukan uji lab, uji lapangan, dan uji komersial. Ini bentuk komitmen Pertamina menjaga security energi nasional dan energi mandiri di Indonesia.

Green refinery sebenarnya apa dan produk apa saja yang sudah dihasilkan sejauh ini?

Green Refinery ini adalah kilang hijau terbesar yang dimiliki Pertamina saat ini dengan kapasitas 3.000 bph untuk total minyak nabati. Di Dumai sebenarnya ada juga, tapi kapasitasnya 1.000 bph.

Kilang ini memproduksi dua produk. Yang pertama Pertamina RD atau HVO. Feed stocknya adalah RBDPO atau minyak turunan kelapa sawit. Ini murni 100% turunan minyak kelapa sawit.

Kedua, adalah co-processing dengan menggunakan RBDPKO dan Keirosin untuk menghasilkan produk SAF dengan komposisi 2,4%. Ini yang kemarin berhasil flight test dengan Boeing milik Garuda.

Kilang ini juga sudah tersertifikasi internasional. namanya ISCC. Ini bukti Pertamina sungguh berkomitmen memproduksi minyak-minyak yang ramah lingkungan.

Ke depan, produk apa lagi yang akan dihasilkan?

Memang yang namanya riset nggak boleh berhenti, nggak boleh puas. Pertama, menggunakan turunan minyak kelapa sawit. Itu namanya first generation.

Ke depan untuk second generation, kita akan menggunakan minyak jelantah. Ini adalah waste yang banyak di Indonesia. Jadi waste menjadi produk. Minyak jelantah menjadi campuran bahan bakar pesawat dengan komposisi 3%.

Berapa persen kontribusinya bisa menurunkan emisi dibandingkan dengan yang biasa?

Sangat besar sekali. Ini emisinya kurang lebih turun sampai 30% dibandingkan yang biasa.

Saya dengar di Singapura, tahun 2026 semua pesawat yang ada di Singapura menggunakan SAF 1%. Tapi Indonesia komposisinya sudah 2,4%. 2,4% kurang lebih 25% kita bisa memenuhi domestic flight, tapi kalau 1% mungkin kita bisa memenuhi domestic flight hingga 50-60%.

Apa bedanya green refinery ini dengan kilang konvensional lainnya milik Pertamina?

Kilang ini bisa beroperasi dengan empat mode. Mode pertama menghasilkan diesel yang Pertadex, kedua bisa menghasilkan avtur, ketiga bisa menghasilkan HVO, keempat bisa menghasilkan SAF.

Kapasitasnya berapa saat ini?

Untuk HVO sekitar 3.000 bph, kalau SAF sekitar 10.000 bph. Lebih banyak SAF karena prosesnya co-processing.

Dua produk tadi sudah diterima dengan baik di market?

Luar biasa. Karena kita sudah mengantongi sertifikat ISCC, untuk HVO kemarin kita gunakan untuk formula A di Jakarta, sebagai bahan baku electric generator di Formula A. Begitu pula dengan G-20 di Bali.

Kan produk ramah lingkungan itu mahal, gimana cara Pertamina supaya produk ini bisa diterima sama pasar?

Memang betul. Kalau biaya operasi sama antara produksi SAF dan avtur, Yang berbeda adalah pembelian feed stocknya, atau RBDPKO yang turunan minyak kelapa sawit yang masih mahal.

Tapi Pertamina nggak berhenti. Kita sedang riset dan sudah berhasil untuk bisa mengolah minyak jelantah atau used cooking oil.

Sehingga harganya nanti akan jadi lebih murah?

Ya, itulah pengembangan kita untuk memotong biaya pembelian feed stock. Dan kalau limbah bisa kita olah jadi produk ramah lingkungan, berapa banyak limbah yang bisa kita hilangkan jadi produk ramah lingkungan.

Kilang ini diproduksi secara otomatis oleh mesin?

Ini memang menggunakan teknologi canggih. Ada beberapa operator yang ada di kilang, tapi utamanya kilang ini dioperasikan melalui DCF (distributed control system), artinya di dalam ruangan pengendali. Jadi semua otomatisasi.

Apa saja yang dikontrol di control room?

Pada umumnya control room mengatur 3 hal. Yaitu flow rate, volume rate. Ketika kita butuh volume bertambah, maka teman-teman menaikkan bukaan control falv 10% misalnya, di sini dikasih angka 10%, maka secara sistem hardware akan menggerakkan naik 10%.

Kedua adalah pengendalian temperature untuk mendapatkan suhu sesuai kondisi operasi yang diinginkan.

Ketiga adalah tekanan, karena dalam proses hydrocarbon processing, 3 parameter kunci ini yang dikontrol dalam control room.

Bicara soal keberlanjutan dari produk ramah lingkungan kilang Pertamina, seperti apa sebenarnya master plannya? Apakah juga akan dilanjutkan di kilang lainnya?

Pertamina berkomitmen menghasilkan produk yang ramah lingkungan, berasal dari bahan baku yang ramah lingkungan, dan dari nabati bukan fossil fuel.

Apa yang dihasilkan KPI dalam memproduksi bahan nabati jadi bahan bakar ramah lingkungan saat ini masih dalam fase pertama. Yang kedua, kita dalam proses masuk ke fase kedua, yaitu mengolah minyak jelantah menjadi produk SAF.

Ingat loh, di Indonesia banyak ibu-ibu dan industri yang menggunakan minyak jelantah. Minyak jelantah itu diolah di sini untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan kualitasnya sama dengan minyak nabati.

Itu akan dicampur lagi (minyak jelantah). SAF campurannya 2,5%, tapi kalau yang dengan minyak jelantah, berdasarkan hasil riset RTI, akan lebih banyak lagi komposisinya. Jadi minyak jelantah 3%, 97% masih herosin, dicampur, dikendalikan di control room ini, akan menghasilkan SAF 3%.

Jadi bahan bakar untuk avtur dihasilkan salah satunya oleh minyak jelantah tadi ya?

Betul.

Jadi konsepnya zero waste?

Konsepnya adalah zero waste. Bagaimana menurunkan limbah di Indonesia, diconverting jadi produk yang ramah lingkungan. Itu adalah komitmen Pertamina mendukung program net zero emission 2060.

Soal avtur, kan jadi salah satu faktor yang katanya jadi biang tiket pesawat mahal karena ada ketergantungan akan impor avtur. Pertamina seperti apa support-nya?

Alhamdulillah kapasitas kilang Pertamina saat ini, untuk 2 produk diesel dan avtur itu bisa 100% memenuhi demand nasional. Jadi kita tidak ada impor lagi. Kita sudah swasembada untuk produk diesel dan avtur.

Berarti kita sebenarnya sudah bisa memproduksi avtur sendiri untuk kebutuhan dalam negeri ya?

Kita sudah bisa memenuhi domestic demand untuk avtur dan diesel.

Ada tantangan nggak dalam membangun green refinery?

Konsep ini harus ada kolaborasi pada semua pihak, yaitu produsen (Pertamina), supplier (pemasok minyak nabati dan jelantah), dan konsumen (maskapai), dan pemerintah). Harus ada mandat regulasi dari pemerintah jelas, supaya SAF ini bisa diproduksi secara sustain dan bisa digunakan oleh maskapai-maskapai kita secara sustain dan real menurunkan emisi kita.

Selain produk green refinery, apa lagi produk lainnya yang dihasilkan di kilang Cilacap?

Kilang ini produsen terbesar avtur. Selain itu memproduksi BBM, non BBM, dan juga petrochemical. Ada produksi benzene, paraxylene, lube base oil, dan aspal. Itulah kekhasan produk kilang Cilacap yang sangat integrated dan comprehensive konfigurasi kilangnya.

Kilang Cilacap juga punya yang namanya Kilang Langit Biru Cilacap. Apa itu?

Kilang Langit Biru Cilacap adalah kilang yang dibangun 2019 untuk memproduksi ...

Read Entire Article