Ahli Gizi Sentil 'Susu Ikan' di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo

1 week ago 8
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Belakangan ramai 'susu ikan' disebut-sebut bisa menjadi alternatif pengganti susu sapi dalam program makan bergizi gratis presiden terpilih Prabowo Subianto. Usulan ini sebelumnya disampaikan Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD Sis Apik Wijayanto dalam rapat kerja bersama DPR RI.

Ia menyebut, pengadaan susu dari peternakan sapi perah terintegrasi membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun. Karenanya, ID FOOD mengkaji alternatif susu lain selain dari sapi untuk pemenuhan program susu gratis Prabowo-Gibran.

"Pengadaan susu dari mega farm butuh dua sampai tiga tahun, yang diusulkan maunya pengadaan awalnya maksimalkan ke peternak lokal di seluruh Indonesia, tapi jika tidak mungkin ada produk alternatif yang bisa dilakukan sebagai pengganti susu sapi, misal dari ikan ada juga," kata Sis Apik di Gedung DPR RI, Rabu (4/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini masih dalam kajian. Usulan ini pernah disampaikan beberapa tokoh masyarakat, tapi aroma dari susu ikan masih perlu perbaikan," tambahnya.

Ahli gizi dr Tan Shot Yen mengaku tak habis pikir dengan usulan tersebut, lantaran sumber protein paling besar tentu didapatkan dari pangan 'real food', bukan ultra-proses.

"Kalau bisa makan ikannya, kenapa mesti ada pabrik susu ikan? Di daerah nggak ada ikan? Ada aneka telur, unggas. Kita butuh literasi dan edukasi. Bukan nambah industri, ikan segar kaya manfaat dan bukan produk ultra proses," terang dia saat dihubungi detikcom Rabu (11/9/2024).

dr Tan juga menyoroti harga 'susu ikan' yang selama ini dibanderol dengan kisaran 120 ribu rupiah bila melihat penjualan di marketplace. Tentu, dengan harga tersebut, sumber protein bisa lebih banyak didapatkan dari jenis lain, termasuk ikan utuh.

"Harga segitu dapat berapa kg ikan bisa dimakan seisi rumah?"

Ia mengingatkan ikan menjadi sumber protein terbaik untuk tumbuh kembang termasuk mencegah anak stunting, kegemukan, serta menurunkan risiko stroke juga penyakit jantung.

"Haus paham masalah public health dan komunikasi literasi gizi, kalau tidak selamanya stunting akan meledak. Terapkan ekonomi sirkular, makmurkan rakyat lokal, bukan bikin cuan segelintir lingkaran elit," sesalnya.


(naf/up)

Read Entire Article